Lanjut ke konten

Di Balik Mundurnya Direktur Pemasaran Honda

15 September 2010

Johannes Loman (kiri) dan Julius Aslan (dua dari kanan) saat peluncuran Honda New Megapro, 8 Agustus 2010. (foto:dok ahm)

PAGI itu wajah Wakil Direktur Utama PT Astra Honda Motor (AHM) Johannes Loman tampak cerah. Maklum, Selasa (7/9/2010) itu, ia baru saja mendampingi Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Timur Pradopo untuk melepas rombongan Mudik Bareng Honda (MBH) 2010 di kantor pusat AHM, Sunter, Jakarta Utara.

Namun, wajah Loman agak berubah ketika saya coba mengkonfirmasi kabar yang merebak. Mundurnya Direktur Pemasaran AHM Julius Aslan.

Pertanyaan saya Selasa pagi itu, benarkah Julius mundur dan siapakah penggantinya?

“Sudah ada (pengganti Julius), nanti akan kami umumkan,” papar Loman, seusai melepas rombongan MBH, di depan gerbang gedung perkantoran AHM, Selasa.
Lima hari sebelumnya saya sempat menanyakan kabar tersebut kepada Julius Aslan. “Saya mengajukan pensiun dini untuk berobat,” papar Julius, saat berbincang dengan saya melalui ponsel, di Jakarta, Kamis (2/9/2010) malam.

Saat itu, terus terang saya cukup terkejut. Berita pengunduran diri dari perusahaan sepeda motor nomor satu di Indonesia tersebut, bagi saya sesuatu yang mencengangkan. Terlebih, pengunduran diri efektif berlaku pada Rabu, 15 September 2010.
Menurut Julius, pengobatan yang akan dijalaninya membutuhkan waktu sekitar empat bulan secara intensif. “Sakit di punggung saya sudah hampir 16 tahun,” tambahnya.
Julius Aslan sebelum menempati posisi Direktur Pemasaran adalah Direktur Teknologi Informasi dan HRD di perusahaan penguasa pangsa pasar domestik tersebut. Julius Aslan menempati posisi direktur pemasaran berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) AHM pada 6 April 2009. Ia menggantikan Johannes Loman yang sejak saat itu naik posisi sebagai Wakil Direktur Utama. Sedangkan posisi lama Julius ditempati Kurniadi Ruswanda.

Bagi AHM, tentu saja sistem organisasi sudah tertata sedemikian rupa. Perusahaan yang didirikan pada 1971 tersebut, tentu sudah belajar banyak hal terkait roda organisasi. Siapa pun orangnya, sistem organisasi sudah bisa berjalan. Istilah the man behind the gun lebih menekankan aspek khas pencapaian target perusahaan. (edo rusyanto)

13 Komentar leave one →
  1. softech_niQ permalink
    15 September 2010 18:59

    isi dl ,br baca

  2. softech_niQ permalink
    15 September 2010 19:08

    bro edo,kykx ada yg slh pencet deh,,,,,’julius loman’ &”…efektif..senin,15 sept’2010″..bknx tgl 15 sept’2010 ntu hr ini(rabu)…?hehehe….lanjut lg aaah bacax..

  3. softech_niQ permalink
    15 September 2010 19:20

    bro edo,tlng tanyakn ama pihak TVS (mbak mieke),kpn dealer TVS ada dbontang kaltim,,?dh mnuju raya adha&tahun baru nih….gw pengen angkut tvs rockz….

    udah_ga_sabar_bin_ngebet.com/bungkuuus

  4. softech_niQ permalink
    15 September 2010 19:22

    bro edo hbt jg ya…sambil ngelamun msh bs nulis…..hehehe.

  5. softech_niQ permalink
    15 September 2010 19:45

    cepet tanggap uuuyy (lngsng diedit)……hehehe

  6. 15 September 2010 20:21

    mantaf…artikelnya…
    like… this…

  7. ashley soulsick permalink
    15 September 2010 21:18

    Ooh jd itu spekulasinya …langsung klarifikasi dengan blgers…mantaplah

  8. Mercon C niru Mercon A Aja Yaa... permalink
    15 September 2010 22:30

    siapapun penggantinya, minimal harus setara atau lebih hebat dari pak JA…

  9. kripikpedas permalink
    16 September 2010 00:29

    Perang bubat akhirnya makan “korban” juga …

  10. Supra XX permalink
    16 September 2010 07:00

    siapapun penggantinya- sudah seharusnya lebih kompetitif

    kompetitif baca sering memanjakan blogger
    hahahaha_

  11. bledug@ndableggg permalink
    16 September 2010 17:04

    @mercon
    ja;julius aslan kan..??? takut salah tafsir…jomblo ati..

Tinggalkan komentar