Lanjut ke konten

Mudik Minim Polemik

11 Mei 2019


ANTREAN kendaraan bermotor dan kemacetan lalu lintas jalan menjadi pemandangan rutin saat musim mudik Lebaran. Para pemudik menikmatinya sebagai hal yang lumrah. Bahkan, ada yang bilang, nggak terasa mudik kalau tidak menemui kemacetan. Menikmati kemacetan menjadi sebuah perjuangan tersendiri sebelum tiba di kampung halaman. Keceriaan saat beranjangsana dan bersilaturahim dengan sanak famili memupus rasa lelah dan letih saat perjalanan menuju kampung halaman.

Meski begitu, perjalanan yang aman, nyaman, dan selamat selalu menjadi dambaan banyak pemudik ketika hendak berlebaran di kampung halaman. Karena itu, persiapan untuk menempuh perjalanan mudik dilakukan jauh-jauh hari. Menabung untuk bekal pulang kampung dilakukan dengan segenap hati. Bagi pemudik yang naik angkutan umum seperti kereta api, bahkan harus memesan beberapa bulan sebelum jadwal keberangkatan.

Risiko terlibat dalam kecelakaan lalu lintas jalan masih mewarnai musim mudik Lebaran. Maklum, saat itu, puluhan juta orang bergerak dalam waktu yang berdekatan. Dalam rentang waktu puncak musim mudik Lebaran, jutaan kendaraan bermotor pun membanjiri jalan-jalan di jalur mudik. Sepeda motor masih dengan mudah terlihat sebagai alat transportasi untuk pulang kampung. Saat yang sama, ancaman hadirnya kecelakaan lalu lintas jalan aromanya sudah terasa.

Data Kepolisian Republik Indonesia memperlihatkan bahwa dalam rentang 16 hari musim mudik Lebaran tahun 2017, yakni H-7, H1, H2 hingga H+7 kecelakaan demi kecelakaan lalu lintas jalan mewarnai rute-rute pemudik. Setiap hari, rerata empat puluhan jiwa menjadi korban petaka jalan raya. Sedangkan dari sisi kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan didominasi oleh sepeda motor. Kontribusi kendaraan roda dua berkisar 70-72% terhadap total kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas jalan saat musim mudik Lebaran.

Faktor manusia masih menjadi pemicu utama terjadinya kecelakaan tersebut. Dua aspek yang memicu kecelakaan adalah mengantuk dan lelah. Hal itu dapat terjadi bila sebelum berkendara tidak beristirahat dengan cukup atau mengemudi dalam kondisi tidak bugar. Atau, kelelahan akibat menghadapi kemacetan lalu lintas jalan yang menggila.

Kemacetan yang menggila hingga puluhan jam dan jatuhnya korban jiwa sempat menjadi perhatian publik pada tahun 2016 yang terkenal dengan peristiwa “Brexit”. Sebutan itu mengingat lokasi kejadiannya di sekitar kawasan pintu keluar jalan tol Brebes timur. Pemberitaan media massa bahkan dihiasi dengan komentar-komentar minor dan sinis terhadap penanggung jawab transportasi dan keselamatan lalu lintas jalan. Peristiwa itu sempat menjadi polemik di media arus utama (mainstream).

Upaya memangkas segala potensi yang dapat menimbulkan polemik saat musim mudik terus digulirkan berbagai pihak terutama dari para penanggung jawab keselamatan lalu lintas jalan. Pemerintah pusat dengan segenap instrumennya terus berupaya menekan fatalitas kecelakaan lalu lintas sekaligus mewujudkan perjalanan yang nyaman bagi seluruh pengguna jalan. Sebut saja misalnya Operasi Ketupat yang digulirkan Kepolisian Republik Indonesia atau sigapnya Kementerian Perhubungan yang memastikan angkutan Lebaran layak beroperasi. Bahkan, Kementerian Kesehatan, instansi terkait, dan badan usaha menyiapkan pos-pos peristirahatan maupun kesehatan. Langkah Kementerian Kesehatan dalam hal ini termasuk memeriksa kesehatan pengemudi angkutan umum di terminal-terminal bus.

Di sisi lain, kalangan dunia usaha, baik badan usaha milik negara (BUMN) maupun kalangan swasta ikut berpartisipasi lewat program mudik bersama secara gratis. Mereka tak semata memfasilitasi para pemudik dengan angkutan umum seperti bus, kereta api, kapal laut, dan pesawat udara, namun juga sebagian memberi jaminan asuransi selama dalam perjalanan. Ada juga yang tak semata menyediakan bus, namun juga memastikan para pengemudi bus dalam kondisi bugar melalui pemeriksaan kesehatan para pengemudi termasuk menyediakan pos istirahat bagi pemudik yang masih memakai sepeda motor.

Di luar badan usaha, partisipasi publik juga tak kalah sengit dalam mengajak para pengguna jalan untuk mewujudkan mudik yang aman, nyaman, sehat, dan selamat. Mereka menyuarakan hal itu dalam forum-forum informal maupun formal seperti diskusi yang melibatkan media massa arus utama.

Tanggapan Menhub

Hal itu semua saya coba tuangkan ke dalam buku “Mudik Minim Polemik”. Buku ini hadir sebagai catatan kecil atas beragam jurus yang dikeluarkan pemerintah, swasta, maupun publik dalam mewujudkan lalu lintas jalan yang aman, nyaman, dan selamat.

“Kunci sukses angkutan Lebaran adalah bagaimana kita dapat memberikan layanan yang lebih baik dari apa yang diekspektasikan masyarakat. Penyelenggaraan angkutan lebaran memerlukan koordinasi dan kerja sama tidak hanya dari insan perhubungan, tetapi juga kementerian maupun lembaga terkait,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dalam kata pengantarnya di buku Mudik Minim Polemik.

Dia menuturkan, masing-masing kementerian dan lembaga memiliki peran yang berbeda-beda. Di antaranya adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun jalan tol yang dapat memangkas waktu tempuh perjalanan pemudik menjadi lebih pendek. Kepolisian Republik Indonesia mengatur lalu lintas di berbagai titik sepanjang jalur mudik untuk mengurai kemacetan dan menjamin kelancaran dan Pertamina yang menjamin ketersediaan bahan bakar selama mudik.


Ketersediaan infrastruktur transportasi yang memadai dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan seperti manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (MRLL), pembatasan angkutan barang, dan memperpanjang masa liburan ketika angkutan Lebaran juga menunjang kelancaran selama mudik.

Manfaatnya pemudik dapat sampai ke tujuan dengan aman, nyaman, dan selamat. Meskipun terjadi kemacetan atau kepadatan kendaraan di beberapa titik, tapi hal tersebut dapat teratasi dengan baik.

Jumlah insiden baik di jalan, laut, udara maupun kereta api pun mengalami penurunan. Pemerintah konsisten menegakkan aturan keselamatan, keamanan, dan pelayanan transportasi untuk semua moda angkutan umum.
Mengevaluasi penyelenggaraan angkutan Lebaran tahun sebelumnya juga dilakukan agar penyelenggaraan tahun ini dapat berjalan lebih baik dan lancar. Kita pelajari dan perbaiki hal-hal dari evaluasi penyelenggaraan angkutan lebaran tahun sebelumnya.

“Saya berharap buku Mudik Minim Polemik ini dapat bermanfaat bagi masyarakat maupun para pemangku kepentingan sebagai masukan evaluasi agar penyelenggaraannya menjadi lebih baik di tahun-tahun selanjutnya,” kata Menhub.
Bagi Direktur Institute of Transportation Studies Darmaningtyas, buku Mudik Minim Polemik dapat menjadi referensi untuk menulis soal lika-liku mudik Lebaran di Indonesia. Buku ini dapat menjadi panduan bagi orang yang ingin menulis tentang mudik. “Buku ini berisi pengamatan dan pengalaman penulis yang bermanfaat bagi pembaca yang ingin tahu lebih jauh soal mudik Lebaran,” papar dia, dalam Peluncuran Buku dan Diskusi Mudik Minim Polemik, di Hotel Ibis Sentral Cawang, Jakarta Timur, Selasa, 7 Mei 2019.

Sementara itu, Kepala sub Bidang Operasional dan Pemeliharaan II Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Joko Santoso mengaku, tulisan dalam buku Mudik Minim Polemik mengingatkan akan pengalaman kemacetan yang parah saat musim mudik Lebaran. “Dari catatan ini kita bisa belajar untuk terus berbenah agar lalu lintas jalan, khususnya di jalan tol dapat lebih lancar dan selamat,” papar dia yang juga hadir sebagai pembicara.

Lewat buku ini saya juga ingin menyuarakan bahwa sinergisitas yang diperlihatkan para pemangku kepentingan selama mengantisipasi musim mudik Lebaran hendaknya bisa menjadi tradisi sehingga terimplementasi dalam keseharian, tak sebatas seremonial musiman. Sejak 2017, hal itu kerap saya lontarkan dalam berbagai ksempatan, termasuk seperti dalam dialog di Metro TV.

Pentingnya mendorong hal itu mengingat sinergisitas yang terjadi selama musim mudik Lebaran diklaim mampu menekan fatalitas kecelakaan lalu lintas jalan. Bila sinergisitas itu diterapkan sepanjang tahun, semoga dapat memangkas fatalitas kecelakaan lalu lintas jalan yang setiap hari merenggut 80-an jiwa. Semoga. (edo rusyanto)

foto: ole dan fiyan

No comments yet

Tinggalkan komentar