Lanjut ke konten

Ketika Pengguna Jalan Merasa Muak

26 Juni 2010

Aksi Damai RSA menuntut transportasi publik yang nyaman. (foto:edo)


Ketika rasa frustasi menumpuk, kata-kata yang terlontar bak amunisi terlepas dari magasin senapan mesin.

Penyaluran aspirasi memang banyak pilihan. Salah satunya, aksi damai massa sambil membentang spanduk, orasi, dan membagikan selebaran di tengah keramaian masyarakat. Sampaikah pesannya ke pihak yang dituntut atau diprotes?

Road Safety Association (RSA), lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang fokus pada keselamatan berkendara di jalan, termasuk yang memilih salah satu penyampaian aspirasi via aksi damai unjuk rasa. Bundaran HI, Jakarta Pusat, menjadi pilihan pada Sabtu (26/6/2010), pukul 09.00-11.00 WIB.

Aksi yang dirancang tak lebih dari satu bulan hanya mampu menggaet tak lebih 100 para anggota kelompok sepeda motor (bikers) dari beberapa kelompok seperti Yamaha Vixion Club Indonesia (YVCI), Yamaha Jupiter Owner Community (YJOC), Honda Supra Jakarta (HSC), Solidarity Riders Community (SRC), Blackakholic Laboratoria/BMC, Parkir Timur Senayan Club Scooter Jakarta (Party C), dan Mailing List Yamaha Scorpio (Milys).

Dari elemen pengurus RSA terdapat juga perwakilan kelompok lainnya seperti Independent Bikers Club (IBC), Independent Bajaj Bikers Indonesia (IBBC), Pulsarian Community, King Club Djakarta (KCDj), dan Honda Beat Club (HBC) Jakarta. “Kami mendukung setiap kegiatan terkait keselamatan jalan,” ujar Billy Fannan, Dewan Nasional YVCI, di sela aksi damai.

Penyampaian tuntutan kepada pemerintah untuk mempercepat terwujudnya sistem transportasi umum massal yang aman, nyaman, dan terjangkau dibuka dengan interview tiga pengurus RSA yang disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi, TV One, pada pukul 07.45 WIB. Ketiga pengurus itu adalah Rio Octaviano, ketua umum RSA serta Edo Rusyanto, ketua divisi Litbang RSA dan Ardy Purnawan Sari, divisi litbang RSA.

Rio Octaviano, Ketua RSA. (foto:edo)

“Kami mengelar aksi damai ini untuk menuntut pemerintah mempercepat perwujudan transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau. Peserta aksi damai adalah anggota dan relawan RSA,” ujar Rio, saat ditanya sang presenter TV One, Yenny.

Sempat ditambahkan Edo bahwa system transportasi yang seperti itu ditaksir bisa mereduksi angka kecelakaan lalu lintas jalan. “Saat ini, korban kecelakaan sudah cukup memprihatinkan, sebanyak 50 orang tewas setiap hari,” kata dia.

Ardy menganggap perlu menghapus ego sektoral di lingkup pemerintah untuk mewujudkan harapan masyarakat terkait transportasi. Bahkan, lanjut Rio, jika transportasi massal terwujud secara luas, penghamburan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) oleh kendaraan pribadi bakal menyusut.

Jay dari YJOC, saat orasi. (foto:edo)

Kemauan Politik

Syamsul, ketua dewan pengawas RSA melontarkan secara tegas bahwa masalah transportasi terkait dengan kebijakan politik. Butuh kemauan politik yang kuat dari pemerintah. “Jangan-jangan kemacetan lalu lintas ‘dipelihara’ oleh agen tunggal pemegang merek,” kata dia, dalam orasi aksi damai yang digelar di sekeliling taman air mancur Bundaran HI, Jakarta.

Syamsul, ketua dewan pengawas RSA. (foto:edo)

Maklum, semakin macetnya lalu lintas jalan dan semrawutnya moda transportasi jalan, dinilai memicu masyarakat membeli kendaraan pribadi, mulai dari sepeda motor, mobil menengah, hingga super mewah seharga Rp 3 miliar per unit. Lalu lintas jalan kian padat oleh populasi kendaraan.

“Hingga Juni 2009, rata-rata seribu sepeda motor yang masuk ke Jakarta,” ujar Ardy.

Moda transportasi umum belum nyaman. “Saat ini, transportasi publik belum nyaman,” sergah Iklal dari SRC dalam orasinya.

Karena itu, tak bisa dipungkiri mayoritas masyarakat mencari transportasi alternatif yang terjangkau yakni sepeda motor. “Kami naik sepeda motor karena transportasi umum tidak nyaman. Tolong pemerintah membuat transportasi yang nyaman,” teriak Murray, ketua Dewan Nasional YVCI, dalam orasi selanjutnya.

Murray, ketua Dewan Nasional YVCI. (foto:edo)

Selain tak nyaman, bagi Pajay dari YJOC, pemerintah juga perlu meningkatkan rasa aman di dalam kendaraan umum. “Hilangkan premanisme di dalam angkutan umum,” tukas Pajay.
ya. Transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau secara akses dan financial diyakini mampu mereduksi kecelakaan lalu lintas jalan. “Walau, untuk itu juga harus berbarengan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai keselamatan jalan,” seru Dedi dari HSJ, ketika berorasi.

Tak pelak, Rio Octaviano menyatakan, pihaknya menuntut pemerintah beberapa aspek. Pertama, wujudkan transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau secara akses dan finansial. Kedua, tegakkan aturan lalu lintas jalan secara konsiten dan tanpa pandang bulu.

Pembagian selebaran kepada pengguna jalan. (foto:edo)

Ketiga, tingkatkan sinergi para stake holder lalu lintas jalan dalam mewujudkan lalu lintas jalan yang aman, nyaman, dan selamat. Keempat, tingkatkan kesadaran berkendara yang tertib, bersahabat, dan santun di jalan. Kelima, bangun infrastruktur jalan yang memadai sesuai amanat undang undang.

”Tuntutan itu akan kami kirimkan ke pemerintah dan instansi terkait mulai Senin (28/6/2010),” tukas Rio.

Tuntutan tersebut pula yang dibagikan kepada para pengguna jalan yang melintas di Bundaran HI dalam bentuk selebaran oleh para peserta aksi damai. Jelang tengah hari, orasi usai dan para peserta aksi membuarkan diri secara tertib. ”Nah kalau menyerang tertib seperti ini kan enak,” seloroh Sunaryo, petugas kepolisian yang mengawal berjalannya aksi siang itu. Terimakasih Pak. (edo rusyanto)

11 Komentar leave one →
  1. 26 Juni 2010 19:56

    mantap…semangat..saya mendukung kalian…

  2. fachri permalink
    26 Juni 2010 20:31

    KAMI DUKUNG 100%…..!!!!!!

  3. Ariel permalink
    27 Juni 2010 07:35

    IMHO, pemerintah mmg blm punya “grand design” soal Public Transport yg aman, nyaman, & terjangkau (baik harga maupun accessibility). Semuanya serba instan, reaktif, & sekedar lip service
    Boro2 membayangkan ada monorail, canal taxi, dll
    Ngurusin rute bus & angkot aja masih amburadul !!
    Keamanan di Busway yg marak dgn aksi2 kriminal serta pelecehan, hanya diantisipasi dgn “pemisahan” antrian yg jg tidak jelas. Itupun ga berlangsung lama & menyeluruh
    Mana tuh hasil dari studi banding yg udah “pelesiran” ke mana2???
    Coba sekali2 dibuka ke publik. Atw mungkin jg bisa adakan sayembara. Barangkali dari teman2 di RSA bisa merintis & kasih masukan???? =)

    • 27 Juni 2010 10:49

      ternyata sulit yah membangun sistem transportasi jalan yang aman, nyaman, dan terjangkau. namun, sulit bukan berarti gak bisa toh? hehehehe…trims bro atas sharingnya. salam

  4. Kiki permalink
    28 Juni 2010 14:30

    Om izin copas buat blog sebelah yah…

  5. 29 Juni 2010 11:22

    Nyaman Sekali bila semuanya Bisa Tertib,tapi kapan???

  6. AD! permalink
    29 Juni 2010 13:30

    Wah klu bicarakan hal di atas pd artikel ini akan merembet panjang… kenapa populasi motor bertambah banyak terutama yg “low segment”? karena semua orang ingin hidupnya lebih baik, untuk menuju lebih baik perlu ditunjang alat transportasi yg menunjang… pilihannya yaitu motor. Motor dpt dicicil dgn upah UMR… kenapa saya bilang UMR… karena masih banyak di negri ini yg upahnya UMR… kenapa banyak yg upahnya UMR… ya balik lagi ke PEMERINTAH kita yg punya wewenang dan kebijakan mengatur roda negara… Gimana PEMERINTAH, mau tidak rakyatnya pintar2x dan cerdas2x sehingga bisa meningkatkan taraf hidupnya?… Pendidikan,… wah bisa panjang lagi ceritanya… nyambung kan… nyambung, cukup ahh 🙂

  7. 18 Juli 2010 01:58

    Info yang menarik nih Bos. klo bisa di lengkapi infonya, akan lebih bagus lagi. Di tunggu kunjungan balasannya ya. salam

Tinggalkan komentar