Lanjut ke konten

Kok Tega Melibas Trotoar?

8 Oktober 2013

motor trotoar gatsu kuningan1

KOTA sebesar Jakarta memang punya segudang problema di jalan raya. Mulai dari soal pencabutan pentil bagi mobil dan sepeda motor yang parkir sembarangan. Lalu, pelajar yang menyiram air keras kepada penumpang bus kota, hingga pesepeda motor yang menjarah trotoar jalan.

Soal penjarahan trotoar jalan menjadi kidung tersendiri. Penggiat koalisi pejalan kaki, Ahmad Syarifudin, dari sekitar 7.000 kilometer (km) jalan raya di Jakarta, hanya 20% atau 1.400 km yang dilengkapi trotoar atau akses pejalan kaki. Ironisnya, dari 1.400 km trotoar di Jakarta itu, hanya 20% atau sekitar 280 km yang layak dilalui pejalan kaki.

Ironisnya, kondisi trotoar yang ada pun banyak yang rusak, tidak terawat dan disalahgunakan fungsinya. Ada yang dipakai berdagang oleh kaki lima, ada yang dipakai parkir kendaraan bermotor, hingga dipakai untuk berdagang tanaman.

Bahkan, pada titik tertentu sejumlah trotoar jalan dijarah oleh kendaraan bermotor. Mulai dari sepeda motor, mobil pribadi, hingga angkutan umum. Nasib pejalan kaki alias pedestrian sering terpinggirkan. Walau, tak jarang juga ada pejalan kaki yang sembrono.

Pertanyaannya, kenapa masih ada kendaraan melibas trotoar jalan?

Usut punya usut, hal itu dipicu oleh mentalitas jalan pintas. Malas untuk antre dalam kemacetan lalu lintas jalan. Padahal, para pengguna kendaraan bermotor itu sendiri yang ikut menambah kemacetan. Semestinya, sadar dan mau bersabar di tengah kemacetan.

Tergesa-gesanya para warga kota bisa jadi karena desakan kehidupan. Ingin tiba cepat di tempat tujuan. Tidak ingin terlambat tiba di kantor, sekolah, atau tempat berwiraswasta. Terlambat sedikit, bisa mengganggu ritme kehidupan. Tapi, apa iya tidak bisa disiasati? Misal, berangkat lebih awal dari rumah agar tidak terjebak kemacetan lalu lintas jalan, sehingga tak perlu menjarah trotoar.

Saat menjarah trotoar jalan, suka tidak suka, sudah merampas hak pedestrian. Nasib pejalan kaki menjadi marjinal. Pedestrian menjadi kelompok yang amat rentan terlibat kecelakaan lalu lintas jalan.

Di Jakarta, sepanjang Januari-Agustus 2013, sedikitnya ada 616 kasus kecelakaan yang menimpa pejalan kaki. Artinya, tiap hari hampir tiga kasus kecelakaan lalu lintas jalan yang menimpa pejalan kaki.

Kasus kecelakaan tersebut menimbulkan korban sebanyak 778 pedestrian. Dari total 778 pedestrian, sebanyak 7,58% pejalan kaki menemui ajal, yakni sebanyak 59 orang. Sebagian besar pejalan kaki yang terlibat kecelakaan menderita luka ringan 371 (47,68%) dan luka berat 348 (44,73%). Artinya, tiap hari, sepanjang delapan bulan 2013, rata-rata ada tiga orang pejalan kaki yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas jalan. (edo rusyanto)

8 Komentar leave one →
  1. Aa Ikhwan permalink
    8 Oktober 2013 07:52

    nah loh…

  2. septiayudhinugraha permalink
    8 Oktober 2013 08:17

    Saya paling nggak suka kalau lagi jalan di trotoar terus diklakson motor yang mau pakai trotoar juga, ini trotoar jatahnya pejalan kaki bung!!!

    terus kalau lagi jalan di trotoar yang dipake pedagang, ya jalan aja melintasi warung tenda, mereka yg punya warung nggak pernah marah kok. Mereka juga sadar sudah mengambil tempat punya pejalan kaki.

  3. 9 Oktober 2013 09:00

    udah konslet otaknya…
    sudah ga bisa bedain perbuatan salah dan merugikan…
    semmpakk!

  4. motorisgalau permalink
    9 Oktober 2013 09:55

    saya kalo lg jalan di trotoar dan tau ada motor di belakang saya malah sengaja saya halangi…..kalo sampe mereka berani ngelakson tak kepruk ae ndase….lha wong ngerampok haknya pejalan kaki kok malah galakan mereka….hehehe…..

  5. enggi permalink
    9 Oktober 2013 11:30

    Saya setuju, sudah saatnya pejalan kaki menyadari akan hak mereka untuk merasa aman selama berada di jalanan. Khususnya di kota besar, alih-alih mendapatkan area penyeberangan yang aman, menurut saya, bahkan keberadaan jembatan penyeberangan saja, sebenarnya menandakan bahwa pejalan kaki itu dianggap warga negara kelas 3, setelah pengendara mobil dan pengendara motor. Bukan maksud saya agar pejalan kaki seenaknya menguasai jalanan, namun setidaknya, dengan pengaturan lalu lintas yang tidak hanya mengatur pengendara mobil dan motor, tapi juga pejalan kaki, maka para pejalan kaki ini pun bisa mendapatkan akses yang lebih baik.
    Berapa banyak sih, warga negara kita yang punya mobil dan motor? masih banyak kok yang menggunakan mode transportasi umum dan harus berjalan menuju lokasi halte dan terminal terdekat.

  6. sempolo permalink
    30 November 2013 01:39

    ini blog isinya sok menasehati orng mulu ya ,ente sudah bener blm om,terserah orng mw lwt trotoar ape kgk ,knpa lu yg bawel,ente gk ngrasain cri duit di atas motor,tiap hri di jalanan,blog sampah! ,NGACA BOS SBELUM BIKIN ARTIKEL ! TOT!!!!

  7. septiayudhinugraha permalink
    8 Agustus 2014 13:07

    Reblogged this on Sakcara Marga and commented:
    Sebagai awal, share punya orang lain dulu…

Tinggalkan komentar