Pengalaman Parkir Motor di Ritz Carlton
SEUMUR tinggal di Kota Jakarta, baru dua kali parkir sepeda motor di hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Maklum, itu hotel mewah berbintang lima yang harganya selangit buat ukuran kocek saya.
Hotel ini terletak di kawasan elit Jakarta. Hotel berketinggian 26 lantai dan berkapasitas 333 kamar mewah ini dirancang oleh Smallwood, Reynolds, Stewart & Associates. Di sekelilingnya berdiri beragam gedung perkantoran swasta dan kantor kedutaan besar perwakilan negara sahabat. Selain Ritz Carlton, di dekatnya terdapat hotel mewah lainnya, JW Marriot dan satu hotel bintang tiga, Best Western Mega Kuningan.
Selain di Kuningan, Ritz Carlton juga ada di kawasan elit Jakarta lainnya, SCBD Sudirman, Jakarta Selatan.
Kedua hotel ini bagian dari 80 hotel yang dikelola The Ritz-Carlton Hotel Company, L.L.C, Chevy Chase, Marryland, Amerika Serikat. Selain itu, perusahaan ini juga mengoperasikan lebih dari 30 hotel dan apartmen berkembang di seluruh dunia.
Nah, bagi pesepeda motor yang hendak parkir di dalam hotel mewah ini harus melewati pemeriksaan oleh petugas keamanan hotel. Pintu masuk bagi pesepeda motor ada di bagian paling kiri dari bagian deppan hotel. Tunggu dulu, di bagian kiri ini ada dua lajur. Pertama, untuk pesepeda motor karyawan atau mereka yang tercatat di pengelola hotel. Nah, yang kedua untuk lajur tamu.
Pemeriksaan yang harus dilewati pesepeda motor di kedua lajur itu hampir sama. Bedanya, mereka yang karyawan atau tercatat di pengelola gedung harus memperlihatkan kartu identitas versi pengelola. Sedangkan para tamu harus memperlihatkan surat tanda nomor kendaraan (STNK) plus menjawab pertanyaan, mau kemana dan bertemu siapa. Barangkali di benak petugas keamanan jarang-jarang penunggang sepeda motor menginap di hotel yang bertarif paling rendah Rp 3,68 juta per malam, hingga paling tinggi lebih dari Rp 99 juta per malam. Dahsyat kan?
“Tapi ada kok tamu kita yang menginap dan dia bersepeda motor,” ujar Irma, public relations Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, saat berbincang dengan saya, di salah satu restoran di hotel itu, Kamis (10/7/2014) siang.
Sebagai tamu, saya mesti menjelaskan mengenai nomor polisi sepeda motor dan jenisnya. Pertanyaan dilontarkan Irma sebelum saya tiba di hotel. “Info ini untuk saya teruskan ke security yang bertugas di pemeriksaan depan,” katanya.
Setelah melewati pemeriksaan dan diizinkan masuk, saya diarahkan ke basement dua (B2) tempat parkir sepeda motor. Jalannya menurun dan berkelok. Lokasi parkir cukup nyaman, tidak sepadat misalnya tempat parkir di Plaza Senayan, Jakarta Selatan. Tidak ada penitipan helm, tapi rasanya cukup aman karena helm yang saya tarus di atas motor tanpa dikunci masih tetap utuh saat saya meninggalkan hotel beberapa jam kemudian. Oleh petugas parkir saya diberi semacam kartu tanda parkir dan dicatat nomor polisi dan jenis motornya. Oh ya, pesepeda motor tidak dikutip bayaran saat meninggalkan area parkir.
Oh ya, biasanya para pesepeda motor yang hendak sekadar berkunjung diarahkan untuk parkir di luar gedung. Saya juga pernah. Pernah suatu ketika saya parkir di area kantin di delkat lapangan. Jarak menuju hotel cukup lumayan membuat berkeringat. Jajal aja. (edo rusyanto)
Ajib banget dah tarifnya….
Paham kenapa parno.
Tapi mbok ya, jangan diperiksa sambil di tanjakan dong, sambil mesti buka helm, buka jok dan lain-lain, sementara petugas sama sekali tidak membantu, cuman tinggal suruh-suruh saja, sambil menscan dengan mainannya.
Kadangkala saya pingin supaya para pembuat kebijakannya mencoba dulu kebijakannya sendiri secara random.
Sekedar info, waktu dulu pelaku bekerja sebagai florist The Ritz, bukan tamu.
Dari awal pun petugas tidak mengarahkan lajur yang benar.