Lanjut ke konten

Maaf, Motor Silakan Parkir di Luar Gedung

27 Agustus 2014

parkir motor thamrin nine jakarta

SEORANG petugas satuan pengamanan (satpam) buru-buru mendekati saya. Tangannya melambai-lambai. Entah apa yang diucapkan.

“Pak, motor gak boleh masuk kesini. Parkirnya di samping gedung,” kata satpam berseragam biru pekat itu saat jaraknya sudah dekat dengan saya suatu siang.

Posisi saya saat itu sudah ada di bagian muka kompleks gedung jangkung cukup elit di bilangan Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat. Niatnya, masuk ke bagian basement gedung yang biasanya dijadikan lokasi parkir kendaraan bermotor. Tapi diadang oleh satpam.

Sang satpam bercerita, semua pengguna sepeda motor yang ingin masuk ke area gedung UOB Plaza di Kompleks Thamrin Nine yang dikembangkan PT Putragaya Wahana parkirnya di luar gedung. Persisnya, ada di kanan kiri jalan kecil yang mengapit gedung perkantoran jangkung tadi. “Bapak keluar, lalu belok kiri sebelum jembatan. Nah, parkir disitu pak,” kata dia lagi.

Jalan kecil tadi persis ada di tepi Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat. Lebar jalannya mirip dengan jalan lain di dekat situ, yakni seperti Jl Teluk Betung yang menghubungkan Jl MH Thamrin dengan kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Saat tiba di area yang diarahkan oleh satpam tadi ternyata sudah berjejal sepeda motor. Pemandangan pada Rabu, 27 Agustus 2014 siang memperlihatkan sepeda motor ada yang diparkir di sisi kanan jalan, tapi ada juga yang di kanan kiri jalan. “Ada juga yang di dalam gang kalau bapak mau,” ujar seorang perempuan dewasa yang mengatur parkir di bagian agak dalam jalan tersebut.

Nah, ceritanya menjadi lain ketika saya lihat ada rambu larangan parkir. Saya jadi bingung, mau parkir di mana. Padahal, mesti ketemu kolega di gedung jangkung tadi. Setelah menelusuri sepanjang jalan tersebut akhirnya ketemu juga dengan tempat parkir yang tidak ada rambu “P coret” nya.

Akh, lumayan lega. Namun, untuk kembali menuju gedung UOB Plaza ternyata lumayan juga jaraknya. Ya sudah, anggap saja sebagai olahraga jalan kaki di siang bolong.

Tampaknya memang pesepeda motor masih menjadi masyarakat kelas dua di beberapa gedung perkantoran maupun pusat komersial yang ada di Jakarta. Memang ada yang memberi ruang parkir dan terasa cukup nyaman. Tapi, ada juga yang memberi ruang parkir ala kadarnya. Nah, sebagian lagi justru tidak memberi ruang parkir di area gedung, melainkan di luar gedung.

“Berapa pak tarif parkirnya?” tanya saya kepada juru parkir yang memakai kaos oblong dan bertopi siang itu. Saya parkir tak lebih dari dua jam.

“Tiga ribu perak aja, tapi kalau mau ngasih lima ribu juga boleh,” seloroh sang juru parkir sambil menebar senyum.

Akh, Jakarta memang dramatis. (edo rusyanto)

6 Komentar leave one →
  1. 27 Agustus 2014 20:54

    memang seperti itu eyang….. motor selalu disisihkan…..

    nitip eyang kalo diperkenankan…

    Sri’s Inspirational Journey 2014 from Aceh to Jakarta

  2. 28 Agustus 2014 08:21

    pulau jakarta memang lucu… 😀

  3. andhika matius permalink
    28 Agustus 2014 12:55

    kasian juga yah om kita para pemotor..
    bagaimana nasibnya dg yg bawa sjenis motor batangan yg msh kinyis2 om..

Tinggalkan komentar