Mereka Memperjuangkan Hak Hidup di Jalan Raya
SUASANA di jantung kota Jakarta tampak lengang. Kawasan pusat bisnis yang setiap hari kerja menjadi tempat berputar uang triliunan rupiah, saat Sabtu terasa kebalikannya. Sepi.
Sore itu, panitia pelaksana Safety Campaign Award (SCA) 2016 memilih Pusat Bisnis Sudirman (Sudirman Central Business District/SCBD) sebagai ajang menggulirkan program tahunan tersebut. “Kita bikin kick off SCA 2016 di Kopitiam Tan, Sudirman. Tema kali ini Follow Traffic Rules, Save Your Life”, kata Faridha Rahmaningsih, ketua Panpel SCA 2016, saat berbincang dengan saya, di Jakarta, Sabtu, 6 Agustus 2016 sore.
Perempuan muda yang sehari-hari Associate CSR Adira Insurance itu menambahkan bahwa ada tiga sub tema, yaitu; penggunaan helm, melawan arus, dan penggunaan telepon selular saat berkendara. Tema itu menjadi panduan bagi para peserta SCA 2016 yang berasal dari komunitas atau klub pesepeda motor yang berada di kawasan Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadetabek).
“SCA merupakan ajang apresiasi yang khusus diperuntukkan bagi para bikers yang bergabung dalam komunitas/klub motor yang aktif dalam mengampanyekan keselamatan di jalan,” katanya.
Guna membekali para peserta, SCA ketiga yang digulirkan Adira Insurance itu menggelar talkshow road safety yang menghadirkan lima pembicara. Kelimanya terdiri atas Toto Sugianto (Bike to Work/B2W), Edo Rusyanto (Jarak Aman), Indra Prabowo (Forwot), Ria (Dokter Medicilin), dan Asri (Balai Kimia dan Kemasan Kemenperin).
Saya melihat tema itu menjadi amat relevan bila melihat fakta dan data yang berkembang saat ini. Bagaimana tidak, pemicu kecelakaan lalu lintas jalan tergesar kedua adalah perilaku tidak tertib alias melanggar aturan di jalan. Beberapa contoh kasus pelanggaran itu adalah melawan arus kendaraan dan berponsel saat mengemudi. Perilaku tidak tertib setidaknya menyumbang sekitar 30% terhadap total kecelakaan di jalan.
Indonesia masih punya catatan kelam terkait kecelakaan lalu lintas jalan. Setidaknya setiap hari terjadi 270-an kecelakaan yang merenggut lebih dari 60 jiwa per hari. Ironisnya, sekali lagi, pemicu kedua terbesar adalah perilaku tidak tertib alias melanggar aturan.
“Kami ingin ikut SCA lagi tahun ini dan terus mengkampanyekan keselamatan di jalan. Kami tidak mengejar juara, terpenting adalah dapat ikut mengkampanyekan keselamatan kepada masyarakat,” ujar Willy, dari Tiger Rider Club (Tric), saat berbincang dengan saya di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Begitu juga dengan Rully dari Komunitas Suzuki Thunder (Koster) Indonesia. Dia mengaku, tahun ini tetap akan ikut untuk berkampanye tentang keselamatan jalan dalam ajang SCA.
Bagi saya, para kelompok pengguna sepeda motor yang terus mengkampanyekan keselamatan jalan merupakan sosok-sosok pejuang keselamatan jalan (road safety). Mereka dengan gigih memperjuangkan hak-hak hidup masyaraka di jalan raya. Ada SCA atau pun tidak, kiprah mereka terus bergulir. SCA hanya menjadi satu simbol apresiasi atas kiprah mereka, bukan tujuan. Setuju? (edo rusyanto)
foto:dok sca 2016