Lanjut ke konten

Tukang Ojek Ini Berani Memutus Mata Rantai

19 Agustus 2015

gojek di kota

MALAM terus merangkak. Lalu lintas jalan di Jl Raya Pasar Minggu, Jakarta Selatan masih ramai lancar. Sekalipun begitu, aksi menerobos lampu merah masih menjadi pemandangan sehari-hari di salah satu sudut jalan yang menghubungkan Jakarta dengan Depok, Jawa Barat itu. Pemandangan tersebut paling sering terjadi di pertigaan Duren Tiga sebelum Kalibata arah Pasar Minggu.

Aksi menerobos lampu merah itu tidak dimonopoli oleh satu jenis kendaraan tertentu. Mereka berdatangan dari kalangan pesepeda motor, pemobil pribadi, hingga angkutan umum. Entah apa yang mendorong perilaku itu. Pastinya, masih ada juga pengendara yang menyadari pentingnya untuk menaati aturan di jalan. Mereka berhenti saat lampu pengatur lalu lintas jalan berwarna merah.

Salah satu yang tetap berpegang teguh pada aturan itu adalah sosok pesepeda motor yang saya temui, Senin, 17 Agustus 2015 malam. Sang pengendara motor tidak sendirian di atas sadel sepeda motor skutiknya itu. Di jok bagian belakang tampak ada satu penumpang yang memakai sepatu hak tinggi lazimnya dipakai para perempuan. Keduanya memakai helm berwarna hijau.

Karena kami berhenti berdampingan saya sempatkan berbincang. “Nggak ikut menerobos lampu merah mas,” tanya saya jahil.

Pesepeda motor yang memakai jaket bertuliskan Gojek itu pun sempat terperangah mendapat pertanyaan seperti itu seraya menggelengkan kepala. Dia sepertinya tak percaya mendapat pertanyaan dari orang yang sama-sama berhenti ketika lampu berwarna merah. Maklum, pada saat bersamaan beragam pengguna kendaraan bermotor berseliweran menerobos lampu merah.

“Kalau bukan kita yang memutus mata rantai itu siapa lagi mas?” pria pesepeda motor itu balik bertanya.

“Wah, mas pernah ikut pelatihan safety riding?” tanya saya.

“Iya, saya ikut,” jawabnya.

“Pelatihan yang di Pondok Cabe?” tanya saya lagi.

“Betul mas,” sergahnya.

Perbincangan singkat itu terputus oleh lampu pengatur lalu lintas jalan yang berwarna hijau. Saya melanjutkan perjalanan mengambil jalan lurus, sedangkan dia berbelok ke kiri. Sebelum berbelok dia memberi isyarat klakson kepada saya dan sang penumpang mengacungkan jari jempol. Saya pun membalas klakson tadi sebagai tanda respons.

Saya kepikiran soal kalimat “Kalau bukan kita yang memutus mata rantai itu siapa lagi mas?” Saya menerka-nerka makna “mata rantai” adalah terus bergulirnya perilaku melanggar aturan di jalan. Jika perilaku itu terus bergulir dan tidak ada yang menghentikan tak heran jika setiap tahun ada sekitar lima juta pelanggaran lalu lintas jalan di Indonesia. Buah dari pelanggaran itu cukup getir, yakni kecelakaan lalu lintas jalan.

Semoga pemikiran pesepeda motor berjaket Gojek tadi terus meluas, setidaknya di kalangan para pengemudi Gojek. Selanjutnya, tentu kita harapkan terus bergulir lebih luas lagi. Setuju? (edo rusyanto)

14 Komentar leave one →
  1. 19 Agustus 2015 07:09

    Aksi kebaikan memang harus berani dimulai, agar menginspirasi banyak orang melakukan hal sama

    English-Indonesian Translator PING! me 56D75321

  2. si Denog permalink
    19 Agustus 2015 08:41

    mungkin sudah menjadi tradisi orang Indonesia, mengikuti yang dilakukan mayoritas tanpa berfikir yang benar seperti apa.

  3. tho permalink
    19 Agustus 2015 13:50

    potensi denda dari pelanggaran juga perlu perhitungkan.. semakin banyak yang ditilang, maka pada selanjutnya menyurutkan niat untuk melanggar.

  4. 19 Agustus 2015 17:01

    Sangat mantap , luar biasa kalau bisa di proklamasikan terus di simpang” jalan lalu lintas itu . . biar banyak para pengendara sepeda motor yang sadar mas haha

  5. 19 Agustus 2015 21:45

    MERDEKA
    Indonesia Sudah Merdeka 70, Mari kita berperang dalam hal-hal seperti ini, dan harus kita contoh yyyy
    MERDEKA

  6. Hendra Ridwansyah permalink
    20 Agustus 2015 11:33

    Kalo saya malah ketemu Driver Gojek yang melawan arah saat membawa penumpang di Jalan Suprapto (mungkin si driver yang ga lulus pelatihan kali ya).
    Semoga mayoritas Gojek tertib berkendara, juga pengguna jalan yang lain. Supaya jalanan Indonesia lebih bersahabat.

  7. WAKAYAM permalink
    20 Agustus 2015 12:27

    Kadang kalo kita patuh berhenti, yg dibelakang kita sewot klakson-klakson bahkan berteriak suruh kita jalan menerobos lampu merah. Susah jadi baik dilingkungan yg buruk.

  8. 23 Agustus 2015 06:40

    cakep, semoga allah memberikan pahala tuk niat baik kita

  9. 15 Oktober 2015 12:19

    Reblogged this on JANGAN DIBACA!.

  10. 15 Oktober 2015 12:19

    Very nice post Pak Edo, ijin re-blog ya Pak 🙂

Trackbacks

  1. Gojek Pemutus Mata Rantai Perilaku Non Safety Riding di Jalan Raya,, Dua Jempol untuk Anda…!! | mansarPost

Tinggalkan Balasan ke tho Batalkan balasan