Lanjut ke konten

Pengalaman Ibu Penunggang Skutik

26 April 2014

S/W Ver: 85.98.90R

TAK pernah terbayangkan sebelumnya oleh Sinka, seorang ibu di Jakarta, mesti berurusan dengan sang petaka jalan raya. Peristiwa suatu siang pada April 2014 itu memberinya sebuah pengalaman besar, yakni petaka jalan raya bisa hadir kapan saja.

Siang itu dia bersama sang kakak mengendarai sepeda motor skutik. Tipe motor yang memberi kemudahan kepada penunggangnya itu membawanya wira wiri di sekitar kampung di pinggiran Jakarta. Motor skutik memberi kemudahan kepada sang penunggang dengan hanya menarik tuas gas dan rem. Sang penunggang tak perlu direpotkan dengan pengoperasian kopling atau oper gigi secara manual.

Sinka, bukan nama sebenarnya, baru saja selesai mengisi bahan bakar minyak (BBM) di stasiun pompa bensin umum (SPBU) di dekat rumahnya. Dari SPBU dia harus menyeberang karena arah yang dituju ada di kanan jalan. Tiba-tiba, dari arah kiri ada pesepeda motor yang meliuk-liuk dengan kecepatan cukup tinggi. Sontak Sinka kaget, tergagap, dan terjerembab. Pesepeda motor yang membuatnya kaget terus melaju, tak sedikitpun berniat menolong atau berempati.

Sang ibu muda ini harus bersusah payah bangkit dari permukaan aspal. Kakinya terluka. Sedangkan sang kakak yang menjadi penumpang juga mengalami luka-luka, kaki dan tangannya terkelupas. Luka luar.

Sepeda motor skutiknya rusak ringan. Sinka jalan tertatih-tatih, walau masih bisa mengendarai skutiknya untuk kembali ke rumah. Batal sudah perjalanan wira-wiri pada siang itu.

“Orang yang bikin saya kaget itu masih ABG, naek motor seenaknya gak peduli dengan orang lain,” sergah Sinka.

Ya. Anak-anak di bawah umur menjadi salah satu kelompok pelaku kecelakaan lalu lintas jalan yang mengenaskan. Maksudnya, angka sumbangan dari kelompok usia di bawah 17 tahun terus meningkat. Simak saja data Korlantas Polri yang menyebutkan bahwa kelompok usia 10-15 tahun pada 2013 menyumbang sekitar 7,15%. Padahal, setahun sebelumnya sumbangan kelompok usia itu sebesar 5,12% terhadap total kasus kecelakaan di jalan. Dari jumlah orang yang menjadi pelakunya pun meningkat, yakni dari rata-rata 18 orang per hari menjadi 20 orang per hari pada 2013.

Kelompok usia 10-15 tahun adalah kelompok anak-anak yang masih di bawah umur. Artinya, kelompok yang masih menjadi tanggung jawab para orang tua. Bagaimana mungkin mereka menjadi pelaku kecelakaan di jalan jika tidak mendapat ‘restu’ dari orang tua untuk berkendara, entah mengendarai mobil atau sepeda motor. Padahal, usia di bawah umur belum stabil secara emosional, bahkan juga belum mampu mengimbangi tunggangannya. Termasuk, belum mampu mempertanggungjawabkan apa yang diperbuat oleh mereka. (edo rusyanto)

9 Komentar leave one →
  1. 26 April 2014 06:05

    kurang ajar…
    kemaren ponakan juga kecelakaan, dibonceng mamanya mau les, nyebrang jalan ditabrak abege pemotor ugal2an, ponakan jatuh, dari hasil rontgen, kena retak tulang selangka… padahal minggu depan mau UN… yg nabrak sih motornya ambyar… mana tuh abege motornya minjem temennya, gak ada sim pula… apes dah… hari ini ponakan mau digips…

  2. 26 April 2014 08:54

    Gak ada habisnya ngomongin anak yang naik motor.. disini juga begitu eyang. Repot…

    • 26 April 2014 09:15

      peran orang tua mesti ditingkatkan untuk mengedukasi berkendara yg aman dan selamat.

  3. aldo26 permalink
    26 April 2014 09:05

    ada baiknya juga, lebih diberikan wawasan dan teknik berkendara yang benar kepada seluruh pengguna kendaraan roda dua. Jadi pengendara bisa lebih sigap dalam menguasai kendaraanya. gimana..?hehe

    • 26 April 2014 09:17

      setuju, edukasi perlu terus dilakukan, selain ketrampilan, perilaku dan kepedulian terhadap aturan yg ada juga mesti terus ditingkatkan.

  4. pavel permalink
    28 April 2014 02:07

    numpang nampang….
    http://jobnite.com/index.php?task=57156

  5. 29 April 2014 08:53

    Reblogged this on Suetoclub's Blog.

Tinggalkan komentar