Helm Full Face Cegah Gangguan Pandangan
PANDANGAN mata saat berkendara, khususnya saat menunggang sepeda motor, mesti bebas dan tak terganggu. Proses melihat ke arah depan dan kaca spion bagian dari menyerap informasi sebelum otak mengolah info tadi untuk selanjutnya diambil keputusan, langkah apa yang tepat. Mengerem atau menambah laju kecepatan. Pandangan yang lepas dan tidak terganggu tentu membantu kenyamanan dan keselamatan berkendara.
Pandangan pesepeda motor lebih mudah terusik dibandingkan para pengemudi kendaraan bermotor roda empat atau lebih. Para pesepeda motor berhadapan langsung dengan debu, asap knalpot, angin, dan benda asing.
Dokter spesialis mata yang juga Direktur Jakarta Eye Center Johan Hutauruk, dalam acara SOHO #BetterU, di Jakarta, Rabu (9/10/2013), mengatakan, mata merah dan ptergium merupakan gangguan mata yang dekat dengan para pengendara sepeda motor. Hal ini disebabkan kedua gangguan mata tersebut berasal dari asap, debu, angin, polusi dan benda asing. “Oleh karena itu, penggunaan helm full face yang tepat sangat dianjurkan untuk menghindari kontak langsung dengan mata,” kata dia, dalam publikasi yang disiarkan SOHO Group, baru-baru ini.
Tentu, kaca helmnya juga dalam kondisi bersih dari noda atau bercak yang menganggu pandangan mata. Kaca yang bersih dan bening mempermudah pandangan mata dalam menyerap informasi saat berkendara.
Helm full face atau jenis helm yang menutup seluruh wajah merupakan salah satu dari dua jenis helm yang masuk kategori Standard nasional Indonesia (SNI). Jenis lainnya adalah helm open face, yakni helm yang tidak memiliki kerangka untuk melindungi rahang pemakai helm.
Dia menjelaskan, mata merah adalah penyakit mata yang disebabkan karena adanya peradangan pada bola mata. Gejala yang timbul berupa mata merah, gatal, dan berair. “Untuk mengatasinya dapat menggunakan salep atau obat tetes atas petunjuk dokter,” jelas dia.
Sedangkan pterigium, ujarnya, merupakan penyakit mata yang disebabkan karena adanya pertumbuhan jaringan berbentuk segitiga di lapisan membran tipis bening (konjungtiva) di bagian putih mata. Hal ini disebabkan karena radiasi sinar ultraviolet, paparan matahari serta iritasi kronis yang berasal dari asap, debu, angin atau benda asing. “Ptergium ringan dapat diatasi dengan penggunaan obat tetes atas petunjuk dokter. Apabila ptergium sudah menyebabkan penglihatan menjadi buram, disarankan untuk melakukan operasi pengangkatan,” katanya.
Menurut Johan, mata merah dan pterigium merupakan dua dari lima penyakit mata yang sering terjadi di Indonesia. Tiga lainnya adalah kelainan refraksi, katarak, dan glaukoma. (edo rusyanto)
Reblogged this on Suetoclub's Blog.
kl cek mata,..dokternya selalu tanya sering naik motor ?
thanks mbah