Waspada di Tikungan

Saat perjalanan Jakarta-Garut, baru-baru ini, sejumlah manuver pemotor mengagetkan saya. Mereka mendahului mobil yang kami tumpangi. Tanpa aba-aba, langsung tancap gas.
Saya kok merasa, aksi mendahului di tikungan cukup berisiko. Terlebih bila di tikungan patah alias sulit melihat kendaraan dari arah berlawanan. Sudah cukup banyak kasus yang memberi pelajaran soal itu.
Contoh paling telak pernah saya lihat dalam video yang beredar di youtube. Ada adegan pemotor yang hendak mendahului kendaraan di tikungan, tiba-tiba ada bus dari arah berlawanan. Brakkk!!!! Motor terpental.
Seingat saya, posisi motor bahkan di luar garis putih menyambung. Makna garis tersebut mengharuskan pengguna jalan tidak boleh melibasnya. Garis dibuat untuk membatasi kendaraan agar ada di dalamnya. Ibaratnya, garis tadi adalah tembok pebatas. Tujuannya sederhana saja, agar tak terjadi tabrakan. Tapi jika dilanggar, dampaknya bisa rumit. Bagaimana jika di tikungan tidak ada garis putih menyambung?
Para pakar teknis berkendara yang aman dan selamat pasti bisa merinci bagaimana melewati tikungan. Saya sebagai awam hanya bisa dengan cara tidak mendahului di tikungan. Apalagi secara gegabah.
Saya hanya berpikir bahwa kesabaran dan ketelitian saat melintas di tikungan ternyata bisa membantu melewati salah satu titik rawan di jalan dengan selamat. Lalu, aturan melarang melibas garis menyambung jika ditaati juga bisa mengurangi potensi kecelakaan. Di sisi lain, lepaskan pandangan mata sejauh mungkin ke arah tikungan yang bakal dilintasi.
Ketiga hal itu yang saya lakukan selama melewati tikungan. Sabar sedikit menanti kendaraan di depan kita melintas lebih dulu, ternyata juga berfaedah. Ikhtiar agar selamat di jalan memang butuh kepedulian dan pengetahuan. Persoalannya, ada yang peduli, tapi tidak tahu. Atau, ada yang tahu, tapi tidak peduli. Nah loh? (edo rusyanto) https://edorusyanto.wordpress.com

tikungan motor grt

tikungan mtr grt