Maaf, Kami Bermotor Tanpa Helm
PEMANDANGAN pemotor tanpa helm ada dimana-mana. Di kampung dan di kota. Entah apa yang ada di benak mereka. Mungkin tidak punya helm, atau enggan memakai helm karena repot. Apa pun alasannya, risiko tinggi bermotor tanpa helm.
Pilihan ada di tangan kita. Melindungi diri dengan memakai helm, atau membiarkan risiko mengancam. Pemandangan tanpa helm saya temui sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju Garut, Jawa Barat, baru-baru ini. Anak-anak, remaja, dan orang tua, bermotor tanpa helm. Mungkinkah mereka tak memahami risiko yang mengancam?
Rasanya kebanyakan dari kita sadar betul soal risiko jika terjadi benturan. Kulit kepala rentan terhadap luka. Tak heran jika kemudian Undang Undang (UU) No 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) mengatur soal helm. Pengendara dan penumpang alias boncenger, wajib memakai helm. Bahkan, aturan itu mewajibkan pemakaian helm sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI). Pemotor yang melanggar aturan tersebut terancam sanksi denda maksimal Rp 250 ribu. Atau, sanksi pidana maksimal penjara satu bulan.
Tapi, kenapa masih ada yang enggan memakai helm? Bukankah kecelakaan tak mengenal jarak? Bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Rasanya, mencegah lebih baik ketimbang mengobati. (edo rusyanto) https://edorusyanto.wordpress.com
Sama seperti saya dulu, helm pun tidak punya, males beli helm.
Pas jatuh gra2 ada lubang, kebentur deh kpala saya sampai dioperasi, padahal jatuhnya ringan banget,
Jadi, pakailah helm untuk keselamatan kita semua.
Walaupun terkadang jika
Jaraknya dekat, terasa malas untuk menggunakan’a
suasana lebaran kali, mohon maaf lahir dan batin
Itu artinya kesadaran akan keselamatan berkendara mereka abaikan (menganggap enteng)
sayang kalii duitnya drpd bwt beli elm, mending buat maem.. π₯
Yaa Mangap eh Maap klo begitu π―
Terutama kalau lebaran begini, saya sendiri sulit mengajak Saudara atau anak bini untuk tetap pakai helm pada saat berkunjung ke saudara meskipun agak jauh dan tentu lewat jalan raya/beraspal.Saya bahkan sering mengatakan gak jalan besar atau kecil kalau namanya aspal ya sama kerasnya. Memang repot.
Mesti telaten dan sabar mas bro. Salam
memang harus jatuh dulu, baru sadar…..
Buat keluarga ane, mulai ane dan istri yang sama2 bikers megapro…
Ga ada toleransi… Kecelakaan bisa dimana aja,
harga helm tidak semahal harga kepala….
Bahkan ane juga mewajibkan keluarga ane memakai sarung tangan dan kacamata.
Maklum keluarga turing yang suka journey…..
Mantabsss…trims dah sharing mas bro.
oia…. Sebagai suami…. Kita punya otoritas untuk memaksa lo…. Tinggal pilih dandanan rapih tapi kemunkinan pecah kepala, ato pake helm tapi memang aga repot di t4 tujuan mesti dandan lagi….
Makanya ane kalo lebaran, full boks givi buat silaturahmi,buat alat2 dandan istri,masalahnya istri udah sadar pake helm full face, alhamdulillah… Tadinya juga sama seperti yang lainnya…. Ngotot ga mau pake helm..
Kesadaran orang Indonesia memang kurang. Kesadaran soal keselamatan berkendara, keselamatan kerja, kebersihan, dll. Sehebat apa pun Presidennya, kalo warganya seperti ini, ya ribet.
Kalo Presiden Jepang disuruh memimpin warga seperti ini, mungkin dia akan harakiri pada 100 hari pertama. π
kita sering mengkritik pemerintah. Padahal kita blm tentu lbh baik dr pemerintah.
kl gw malah punya safety gear lmyn lengkap (helm,body protek,glove,masker,decker,jaket,jas hujan two pieces,kaca mata) tp blm punya motor,,,pajang dlemari kaca,malah dtawar orang,,wani piro?
kl gw malah punya safety gear lmyn lengkap (helm,body protek,glove,masker,
decker,jaket,
jas hujan two pieces,kaca mata) tp blm punya motor,,,pajang dlemari kaca,malah dtawar orang,,wani piro?
setuju.
@artikelislami.
lindungi kepalamu, sayangi dirimu, sebab di dalam di dalam kepala ada organ yang sangat penting
HIDUP HELM!! π