Waspada Jembatan Kalibata
Suasana sebelum jembatan layang dibangun, Agustus 2010. (edo)
SAYA sempat dibuat kaget oleh aksi seorang pemotor. Saat itu, siang terik di awal Mei 2011, saya melintas di atas jembatan layang yang membentang di atas sungai Ciliwung, menuju arah Kalibata, Jakarta Selatan. Manuver pemotor dari sisi kiri motor saya demikian cepat. Suara knalpot memekakan telinga. Tak insiden.
Sebelum dibangun jembatan layang di kawasan tersebut, lalu lintas jalan memang kerap tersendat, persis sebelum sungai. Terutama dari arah pertigaan Jl Dewi Sartika menuju Kalibata. Maklum, itu kawasan padat penduduk.
Suasana saat pembangunan jembatan layang. (edo)
Sudah lebih dari lima tahun saya rutin melintas di kawasan tersebut. Kini, sejak dioperasikannya jembatan layang, perilaku pengguna jalan, khususnya pemotor, terpancing untuk memacu kecepatan tinggi. Terutama ketika situasi jalan sedang tidak ramai oleh kendaraan.
Padahal, di mulut jembatan layang sudah terpampang rambu agar hati-hati dan rambu batas kecepatan maksimal yakni 30 kilometer per jam (kpj). Entah rambu tersebut tidak terlihat, tidak mengerti membaca rambu, atau menganggap rambu tersebut sebagai pajangan jalan, para pemotor asyik menggeber ketika melintas di jembatan tersebut.
Rambu peringatan dipasang di mulut jembatan layang. (edo)
Nah, ironisnya, lebar jembatan tersebut tidaklah terlalu lebar, sehingga membuka peluang terjadi senggolan yang bisa berbuah insiden kecelakaan. Sekalipun begitu, saya rasa jika semua pengguna berupaya mematuhi rambu yang ada, situasi bakal lebih nyaman. Pernah suatu ketika, dari arah berlawanan muncul pemotor yang memotong median jalan. Tampaknya dia tergesa, entah mau kemana. Saya lihat, seorang pemotor di lajur yang benar sempat terperanjat dan sedikit oleng. Memang, tak sempat ada insiden serius.
Jembatan yang mulai dioperasikan pada awal Januari 2011 itu, dibangun dengan biaya sekitar Rp 65 miliar. Jembatan tersebut dibangun melengkapi jembatan lama yang sudah berpuluh-puluh tahun menghubungkan Jakarta Timur dengan Jakarta Selatan. (edo rusyanto)
Pertamax………
tapi emang makin lancar kan pak?
lancar sih bro, cuma jadi ada dorongan menjadi sembrono yaitu tarik gas poll, hehehe…trims.
Absen… 🙂
kalo diliat difoto, lebar jalan layangnya dari ujung ke ujung gak sama yah, Pak Edo?
Kunjung balik yah, ada sekitar 107 puisi. Ratusan kata-kata bijak.
Puluhan cerpen.
Puluhan cerita.
Dan lainnya.
Terupdate loh. . . . . .
http://sukasir.wordpress.com
Awas ada polisi..
http://rosso99.wordpress.com/2011/05/21/titik-rawan-razia-polisi/
Senada pak..
http://rosso99.wordpress.com/2011/05/20/awas-jangan-ngebut-selepas-jembatan/
jalan layangnya sempit amat.. selaras seperti yg om edo katakan rawan terjadi senggolan.. amit2nya kalo lagi kenceng terus senggolan bukan ga mungkin terpental keluar jembatan.. amit2 moga2 ga ada kejadian kayak gitu…
maaf om edo, itu dana pembangunan sebesar 65 milliar? benar ga tuh ya.
video lucu kartun motogp le mans…
http://otobizz.blogspot.com/2011/05/video-motogp-le-mans-2011-in-funny.html
kurang serius di garapnya om.. saban hari seringnya ane lewat sono kalo berangkat kerja, dah mulai ada lobang pas turunan ke arah kalibatanya.. mestinya ada rambu di larang mendahului… hahaha jalannya semfit
@van2x.. : pernah kejadian di depan mata bro, daerah bandung melibatkan 3 buah motor, kondisi jembatan kurang lebih sama seperti digambar, 2 orang terjun bebas dari atas jembatan ketika motornya adu kambing dengan motor dari lawan arah.
yg bener bang edo dana abis 65 m..perasaan jembatannye pendek…
bang edo… itu bikin utk melengkapi jembatan lama… tapi utk peninggian jembatan lama.. jembatan lama akan dirobohkan. yang jadi masalah warga di bawah jembatan dan di sekitar jembatan pada nggak setuju.
bisa dilihat dari jembatan yang baru, di bagian tengahnya melebar, sepertinya (sepertinya, lho… perkiraan saya saja), jika jembatan lama sudah dirubuh maka jembatan baru akan diperlebar, bro!!!
trims infonya bro. salam
oic….thanks Bro Tukang.parabola ….terjawab sudah pertanyaanku 😀