Lanjut ke konten

Cuma Bisa Memandang

18 Maret 2011

Suasana Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (17/3/2011) siang. (foto:edo)

 

 

ANDAI ada pilihan, rasanya tak perlu meliuk di tengah sengatan mentari yang memanggang. Cuaca Jakarta, Kamis (17/3/2011) siang, kontras dibandingkan sehari sebelumnya yang diguyur hujan badai. Terik siang itu, kian menjemukan ketika antrean memanjang sudah di depan mata antara Pancoran menuju perempatan Kuningan, Jakarta Selatan.

Lebar Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, tak mampu menampung luberan kendaraan roda dua dan roda empat atau lebih yang melintas siang itu. Situasi jalan arteri justeru kontras di lajur Trans Jakarta alias busway. Lajur tersebut lengang.

Sesekali melintas bus Trans Jakarta. Namun, tiba-tiba bergemuruh melintas belasan sepeda motor dan aneka kendaraan umum mengekor di belakang Trans Jakarta. Para pengguna jalan yang letih mengantre tampaknya kehilangan kesabaran. Mereka tergiur lengangnya busway.

Posisi saya yang berada di jalan arteri merasa rikuh juga. Di tengah ribuan orang yang rela sabar antre, masih ada belasan atau puluhan pengguna jalan yang hilang kesabaran. Melibas busway.

Suasana perempatan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (17/3/2011) siang. (foto:edo)

 

Akhirnya, gak sabar juga, sambil antre di tengah kemacetan lalu lintas jalan yang luar biasa, ambil ponsel dan abadikan satu moment. Asyiknya pemotor melintas di busway.

Kenapa masyarakat pengguna jalan masih tak sabar? Apakah rela ketika pak polantas menilang pengguna jalan yang melibas busway?

Kalau saya tidak salah ingat, tindakan melibas busway bisa dikenai sanksi denda maksimal Rp 500 ribu atau sanksi pidana kurungan badan maksimal dua bulan.

Andai, semua pengguna jalan tak mampu menahan sabar dan semua melintas di busway, boleh jadi perpindahan kemacetan tak bisa dibendung. Jalur arteri dan busway bakal padat oleh antrean kendaraan. Jika sudah begitu, apa yang bisa kita lakukan?

Duh, seperti hari-hari sebelumnya, saya cuma bisa memandang situasi yang ada. (edo rusyanto)

19 Komentar leave one →
  1. rahmats permalink
    18 Maret 2011 12:48

    isane mung sabar

  2. 18 Maret 2011 13:11

    baca dulu

  3. sekopati permalink
    18 Maret 2011 13:15

    gimana lagi yg berwenang dan ahli belum turun tangan…..kadangkala capai juga harus sabar.

  4. 18 Maret 2011 13:36

    jakarta memang terkenal macet.. semoga cepat diatasi… salam sukses

  5. 18 Maret 2011 14:48

    salam aja..

  6. 18 Maret 2011 15:44

    makanya, harus ada desentralisasi…jangan Jakarta lagi, Jakarta lagi…byson, eh…byosen, xixixixixixi

  7. 18 Maret 2011 15:46

    sing sabar mbah!

  8. 18 Maret 2011 17:48

    saya tidak bisa berbuat apa2 selain meninggalkan jakarta…….

  9. Tukang Ngibul permalink
    18 Maret 2011 18:01

    kalo terjadi seperti ini gimana mbah, misalnya para pelanggar yg udh keabisan sabar banyak yg memilih kurungan badan krn saking stres nya akibat macet…apa ngga jadi masalah baru lagi tuh? atau dgn cara seperti ini pemerintah lebih serius menangani macet…?

    • 18 Maret 2011 18:07

      wah..wah..bakal puyeng tuh kepala menhukam hehehehe…pemerintah harus terus didesak mewujudkan sistem transportasi massal yg aman, nyaman, terjangkau, dan tepat waktu. tentu saja, infrastrukturnya juga harus memadai. hemmm…kapan yah?

  10. vyzex permalink
    18 Maret 2011 18:25

    Polisi mana? Kalo di pangkal busway ada polisi, nggak bakal berani kok.
    Lee kuan yew pernah bilang: orang asia tdk punya budaya disiplin.oleh karena itu, pemerintah harus tegas..
    Polisi juga kok nggak ada? Padahal barusan dapat remunerasi.. Lagi berteduh? Lagi ngopi?
    Atau ada obyekan lain?

    • 18 Maret 2011 18:31

      smoga para petugas bisa bertindak tegas dan konsisten. bukan demi siapa2, tapi untuk keselamatan kita semua ketika berlalu lintas di jalan. hemmm…tetap semangat.

  11. Tukang Ngibul permalink
    18 Maret 2011 18:50

    kalo di liat dr jumlah bis transjakarta yg sedikit, gimana kalo armada ppd, mayasari dll yg jalurnya ada busway beralih menjadi armada transjakarta maka problem kurangnya armada bisa terbantu…imho

    • 18 Maret 2011 20:05

      hemmm…boleh juga, walau kita tahu bahwa Trans Jakarta merupakan konsorsium dari para perusahaan bus yg kini beroperasi di jakarta.

  12. Umar_abu_ihsan permalink
    19 Maret 2011 00:28

    Buat yg gak mau kepanasan keujanan, bikinin smart for two merk jepang or malah nasional dg harga 30-100 sesuai gengsi mereka. Gmn gak macet, fortuner segede gaban isinya cm sendirian.

    Di balik bejubelnya r2 pas lebaran ky fotonya om Edo, pasti nun jauh di depan sana ada “r4 yg sdg kesulitan mencari jalannya”.

  13. 4 April 2011 16:45

    jakarta macet.. macet lagi dan lagi.. sudah jadi tradisi kota jakarta.. semoga pemerintah cepat mendapat solusinya yang terbaik.. sukses selalu

Trackbacks

  1. Lolos Razia Karena… « alonrider

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: