Lanjut ke konten

Kenapa Enggan Menyalakan Lampu Sen?

19 Agustus 2010

Foto:edo

Lagi-lagi soal lampu sen. Lampu isyarat berkedip warna oranye di bagian belakang sepeda motor itu, terasa vital bagi pengguna jalan yang ada di belakang sepeda motor yang menyalakan lampu sen.

Lampu tersebut memberi isyarat ketika pengendara sepeda motor alias bikers hendak berbelok atau putar arah. Nah, ironisnya, kerap kali ketemu sama bikers yang enggan menyalakan lampu sen ketika hendak berbelok. Ujungnya, membuat pengendara yang ada di belakangnya menjadi terkaget-kaget. Untung aja gak benturan.

Hal seperti itu sempat saya alami, pekan lalu. Siang itu berniat menuju ke kantor di bilangan Jakarta Pusat. Saat melaju, tiba-tiba bikers yang mengendarai skutik berbelok ke kanan, tanpa ada isyarat. Terpaksa saya melakukan pengereman mendadak semaksimal mungkin. Pengereman dadakan dan guncangan sempat membuat detak jantung lebih cepat. Tak ada insiden serius. Sang remaja pengendara skutik cuma melengos dan melanjutkan perjalanannya. Mungkin dia pikir, akh gak apa-apa kok? Saya cuma mengelus dada. Semoga sang remaja tadi tak mengulangi perbuatannya.

Potensi terjadi benturan sangat besar dalam kasus di atas. Pengereman mendadak atau membanting stir ke arah berbeda, bisa memicu kecelakaan di tengah jalan yang padat. Cukup dengan membiasakan diri menyalakan lampu sen saat hendak berbelok, lumayan membantu mengurangi potensi kecelakaan. Selain berfaedah bagi diri sendiri, tentu bermanfaat bagi pengguna jalan yang lain. Padahal, kita semua tahu Undang Undang No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), pasal 112, ayat (1) menyebutkan pengemudi kendaraan yang akan berbelok atau berbalik arah wajib mengamati situasi lalu lintas di depan, di samping, dan di belakang Kendaraan serta memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat tangan.

Lalu pada ayat (2) pengemudi kendaraan yang akan berpindah lajur atau bergerak ke samping wajib mengamati situasi lalu lintas di depan, di samping, dan di belakang kendaraan serta memberikan isyarat.

Kita semua juga tahu bahwa pasal 294 UU tersebut sudah siap memberikan sanksi pidana penjara satu bulan atau denda Rp 250 ribu.

Lantas kalau semua sudah tahu, kenapa enggan menyalakan lampu sen? (edo rusyanto)

15 Komentar leave one →
  1. killbill1 permalink
    19 Agustus 2010 13:04

    salah satu penyakit malas lainnya adalah tidak mau menyalakan turn lamp signal,tidak perduli membahayakan pengendara lainnya. Mereka pikir naik motor di hutan,Pak Edo

  2. daris permalink
    19 Agustus 2010 13:47

    kalau ane malah sering lupa mematikan sen. biasanya waktu siang, lampu indikator sein tidak begitu terlihat 😀

  3. lexy permalink
    19 Agustus 2010 15:10

    Yg spt ini emang banyak, gak nyalain lampu sein, gak kasih kode, ga pake tengok dulu..mungkin juga ga pake mikir, langsung aja ngloyor…

  4. koboikudabesibekas permalink
    19 Agustus 2010 15:34

    ada yang lebih parah gan, waktu ujan pake jas ujan batman, jalan lagi rame, licin, trus jalan selap-selip kayak batman mau ngejar joker mau kabur en tuh jubah berkibar ga mikir tuh jubah bisa nyangkut distang motor orang lain…….parahhhhhhh

  5. karena itu harus pake softech permalink
    19 Agustus 2010 15:38

    mngkin krna sbagian motor msh mnggunakan bunyi yg tlalu kncang pd wktu lampu sein dnyalakan,,,,jdx males,,,,dgn alsn brisik kali ya…..? ga tw jg sih…hehehe

  6. karena itu harus pake softech permalink
    19 Agustus 2010 15:46

    @koboi.
    uber aja bro,tangkep sayapx,tarik2 dikit biar tu orng ngerti,,,pacu dah kenceng2…kn loe KOBOI….hehehe

  7. dhuwur permalink
    20 Agustus 2010 08:20

    saya juga paling benci!!! ada yg maen belok ga nyalain sen,, bikin yg dibelakangnya gedandapan dan esmosi 😀

  8. dhuwur permalink
    20 Agustus 2010 08:23

    saya juga paling benci!!! ada yg maen belok ga nyalain sen,, bikin yg dibelakangnya gedandapan dan esmosi 😀

    tp kebanyakan bikers cewe sih yang sering kaya gini. batangan jg banyak deng:p

  9. karena itu harus pake softech permalink
    20 Agustus 2010 09:51

    @dhuwur..
    kl cewe,ksh tw aja dgn cara lembut+senyum,,abis tu lngsung deh knalan,,,hahaha…
    cm bcanda bro,tp bs dpraktek kn jg tuh…huhuyyy

  10. heidy.miyo permalink
    18 Januari 2011 16:02

    Sebaiknya dr jarak brp meter ya kl mau kasih signal belok itu??

    • 18 Januari 2011 16:09

      hai heidy, ada dua sudut pandang soal ini. pertama dari sudut jarak yakni bisa dilakukan minimal 5-10 meter sebelum berbelok. kedua, dari sudut waktu, minimal 30 detik menjelang berbelok. smoga membantu, salam.

      • heidy.miyo permalink
        20 Januari 2011 19:29

        Mas Edo.. Ada lg nih yg mau abdi tanyakan heee.. Gpp yaa.. 🙂
        Misalkan kalau lagi di jalan lurus trus mau nyalip kendaraan di depan kendaraan kita, pasti perlu nyalain lampu sein tanda mau pindah lajur.. Naah dari jarak berapa meter kah entu sein kudu nyala? Atau berapa detik / menit sebelum nyalip kendaraan ? Apakah sama halnya dengan sein saat berbelok atau memutar balik..
        Matursuwun..

        • 20 Januari 2011 19:44

          hai heidy, pada prinsipnya hampir sama. jangan mendadak alias tinggal satu-dua detik atau tinggal satu meter baru ngasih rem. idealnya, lampu isyarat yg kita berikan bisa dimengerti oleh pengguna jalan yg ada di belakang kita. nah, itu berarti minimal 5-10 detik sesaat sebelum mendahului atau sekitar 5-10 meter sebelum menyalip.
          namun, tetap saja mesti diperhatikan kondisi sekitar, apakah dalam kondisi ramai lancar, macet, atau diperhatikan juga kondisi dari arah berlawanan.
          prinsipnya, jangan dadakan. smoga bermanfaat. salam

Trackbacks

  1. Tweets that mention Kenapa Enggan Menyalakan Lampu Sen? « Edo Rusyanto's Traffic -- Topsy.com
  2. [Parodi] Lampu Sein aka Rating…. :D | mansarpost

Tinggalkan Balasan ke dhuwur Batalkan balasan