Saat TV One Soroti BBM Subsidi Buat Bikers
INDY Rahmawati menatap penuh semangat. Presenter cantik dan cerdas TV One itu langsung menohok, ”Kenapa alasan seseorang menggunakan sepeda motor?”
Pertanyaan yang dilontarkan, Senin (31/5/10) sekitar pukul 07.30 WIB, dalam Apa Kabar Indonesia (AKI) Pagi itu, sontak pertanyaan itu menyulut antusiasme saya yang sudah terpendam sejak lama. ”Mayoritas dari yang saya tahu, alasan utama membeli sepeda motor untuk mobilitas, terutama mencari nafkah,” sergah saya.
Dialog itu membuka talkshow TV One di AKI Pagi yang membahas topik Pencabutan Subsidi BBM bagi Pengendara Motor. Selain saya, ada Yudi Widiana Adia, anggota Komisi V DPR RI dan Chandara Tirta Wijaya, anggota komisi VII DRP RI. Komisi V adalah organ DPR RI yang membidangi masalah perhubungan, sedangkan komisi VII membidangi energi.
Sebelumnya, pemerintah seperti dilontarkan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM Evita Herawati Legowo, Rabu (26/5/2010), memasukkan soal pencabutan subsidi bagi pengendara sepeda motor. Walau belakangan, sempat mencuat juga hal itu tidak bakal diwujudkan saat ini. Wacana soal pencabutan subsidi bakal ditetapkan menjadi keputusan pada Juni 2010.
“Tampaknya bakal gak berani pemerintah mencabut subsidi bagi pengendara motor,” papar Chandra, saat saya tanya ujung dari wacana yang mencuat belakangan ini.
Dia dan Yudi justru menyoroti soal Belem seriusnya pemerintah menata sistem transportasi umum massal. “Masalah hulunya adalah persoalan transportasi, pemerintah terkesan lambat untuk mewujudkan hal ini,” tukas Yudi, yang disambut anggukan oleh Chandra.
Saya coba mengingatkan bahwa mayoritas rakyat yang mencoba mencari transportasi alternatif, yakni sepeda motor, cukup memikul risiko tinggi. Salah satunya adalah kecelakaan lalu lintas jalan. Sudah lebih dari 218 ribu jiwa tewas sia-sia di jalan raya, ironisnya, sekitar 70% adalah pengguna sepeda motor.
Karena itu, sistem transportasi umum massal yang aman, nyaman, dan terjangkau sudah mutlak. Butuh kemauan politik yang kuat dari pemerintah.
Soal larangan penggunaan BBM bersubsidi kepada pengguna sepeda motor, bakal menambah lagi beban ekonomi rakyat. Setidaknya bisa dilihat dari selisih harga premium yang saat ini Rp 4.500 dan pertamax yang sebesar Rp 6.950 per liter. Bisa-bisa, beban pengguna sepeda motor bertambah sekitar Rp 100 ribu per bulan dengan asumsi memakai premium 6 liter per minggu.
“Kalau pemerintah tetap mencabut subsidi bagi motor?” tanya Andrie Djarot, host yang menemani Indy.
Saya dengan lugas hal itu bisa memicu upaya penyampaian aspirasi lewat sejumlah aksi unjuk rasa. Tentu, di sisi lain, penyampaian informasi seperti lewat media massa dan saluran resmi seperti DPR RI dan Kementerian Perhubungan, tetap dijalankan.
Dialog AKI Pagi yang cukup hangat itu juga diselingi dengan telepon dari pemirsa. ”Saya curiga jangan-jangan ini upaya lobby para pedagang BBM asing agar pengendara motor beralih ke produk mereka,” tutur seorang penelepon.
Menurut Anda? (edo rusyanto)
bisa saja seperti itu :D, apa sih yg ga bis di lobby di negeri ini 😀
ga sempet liat…keasikan gowes di pagi hari, jadi kelewat jam nya…
*hidup sehat tanpa premium*
Pertamax aja pake nya.. tp beli dimana.? lha wong spbu2 di daerah ng jual pertamax.. piye coba.? sayang ng bs nonton wajah om edo. pas ngantor je..
kan silaturahmi bisa dirajut via dunia maya juga, hehehehe…trims ya bro, salam
Yah soalnya kendaraan paling praktis, murah tuh motor. Bisa nyelip-nyelip waktu macet. Naek busway desek-desekan, udah gitu stationnya ga safety banget. naek angkot males ngetemnya. Jauh-jauh mending naek motor banget. Soal kecelakaan ini gw juga liat pemerintah agak kurang concern, untung brand2 motor tertentu udah mulai care nih soal safety riding.
Jangan disubsidi lah BBMnya, kurangi anggaran mending dari yang kaya2 tuh such as fasilitas-fasilitas wakil rakyat yang ga urgen.
mantab pak edo 🙂
masih perlu belajar dari master blog ini nih
postingannya sangat informatif bro,…Terimakasih
Bandwidth Kecepatan Internet Unlimited
Ready Stock
kan struktur masyarakat kita seperti piramid juga bang edo…maunya sih semua naik mobil pribadi tapi apa daya kondisi ekonomi tidak memungkinkan. bahkan tukang sayur juga mulai mengeluh jika benar2 bbm dinaikan takut dagangannya kurang laku..
ane setuju, efek domino kenaikkan harga bbm amat panjang, mulai dari tukang sayur, tukang ojek, bisnis warteg, hingga tukang kredit, bakal kena imbasnya. trims ya bro.
saya yang pegawai tetap saja masih berat klo beli bensin pertamax mas…apalagi para rakyat kecil yang belum punya gaji tetap, atau pengusaha kecil2an…
betul bro, banyak di masyarakat kita yg bakal keberatan dengan aturan tersebut, btw makasih dah mau singgah yah, salam
Biar beli di pom bensin Petronas kalee???
Kalo gitu malah bikin kaya negeri sebelah donk??!
mbok yao kalo bikin aturan itu ..menerapkan dirinya sebagai sobyek…
coba yang jadi orang pas pasan itu mereka yang bikin kebijakan,…apa gak jungkel jempalik kepalanya…puyeng mikirin makan……
kita pakai motor karena kita gak mampu beli mobil…apa lagi motor 100% lebih irit di banding mobil…….
aku setuju bahwa para pembuat keputusan agar lebih merasakan apa yg rakyat rasakan. trims bro
apa memang begitu yah sikap “orang2 atas” klo bicara ngak pernah lihat ke bawah, yg bilang klo bisa beli motor pasti mampu lah beli pertamax… klo motor bikin macet jalan raya… mereka pasti belum pernah merasakan jadi orang “bawah” jadi tdk pernah berfikir ke arah sana…. apa mungkin kita mengangkat pemimpin dari kalangan bawah saja yah… inilah indonesia tanah air mu tumpah darahmu jadi semua kau anggap punyamu… ihiks..